Friday, November 15, 2019

Pengelolaan Rantai Pasok Konstruksi

Pengelolaan Rantai Pasok Konstruksi
1.         Value Chain
Konsep value chain pada konstruksi di adopsi dari konsep value chain pada manufaktur. Value chain hanya bisa di tentukan oleh customer paling akhir. Value chain : sesuatu diinginkan karena memberi manfaat, Value harus spesifik. Misalnya ingin rumah yang Indah, indikator indahnya harus dijelaskan, indah dengan desain minimalis, memiliki interior jenis ini, dan sebagainya. Value di ciptakan oleh produser. Semakin dekat produser dengan customer maka semakin mudah value di spesifikan. Semakin panjang proces, memberikan kemungkinan sulitnya mencapai yang diinginkan, karena banya terjadi disisipasi informasi dari hulu (customer) kepada producer.
Koklea meurumuskan ada 3 cara value itu tersampaikan, Transformation, Flow, Value Generation.
Value itu mengalir pada daur hidup proyek, setiap tahapan mendeliver value. Idealnya value yang di defininiskan di hulu sama persis dengan value yan di capai di hilir.

2.        Supply Chain
Supply chain adalah suatu system yang terdiri supplier, manufaktur, transportation, distributors, dan vendor yang sudah ada.  Upaya memanage supply chain adalah agar di dapatkan kualitas atau nilau yang diinginkan.
Semakin banyak tier yang dilalui maka akan semakin banyak biaya.

3.        SCM (Supply Chain Management)
Supply chain management adalah suatu cara mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua aktivitas yang daoat menghasilkan produk untuk meninngkatkan sustainable competitive advantage untuk mendapatkan benefit yang sama.

Ada 2 cara:
1)        SCM --> Menelusuri supplier hingga ke hulu
2)       Vertical integration --> contoh: membuat anak perusahaan sendiri, seperti adhi beton, wika beton. Namun kekurangannya, adanya penguatan ekonomi bagia sebagian orang.
Manajemen rantai suplai (supply chain management) harus mengatasi permasalahan – permasalahan berikut.
·         Konfigurasi Jaringan Distribusi (distribution network configuration): jumlah, lokasi, dan struktur usaha dari pemasok, fasilitas produksi, distribution center, gudang, dan pelanggan.
·         Strategi distribusi: kontrol operasi (sentralisasi atau desentralisasi), skema pengantaran (direct shipment, pool point shipping, cross docking, ataupun direct store deliveries), moda transportasi (darat, laut, atau udara), dan control transportasi (dilakukan oleh perusahaan itu sendiri atau menggunakan jasa pengantaran).
·         Trade off: aktivitas diatas perlu dipertimbangkan secara keseluruhan sehingga perusahaan dapat mengoperasikannya dengan biaya total yang paling rendah.
·         Informasi: berkenaan dengan integrasi proses – proses, informasi yang di-share mencakup: sinyal permintaan (demand signal), prakiraan (forecast), persediaan (inventory), transportasi, kolaborasi potensial, dan sebagainya.
·         Manajemen persediaan: kuantitas dan lokasi dari persediaan, termasuk bahan mentah, work-in-process, dan barang jadi hasil produksi.
·         Arus kas: pengaturan ketentuan dan metode pembayaran, dan peralihan dana atar bagian – bagian dari rantai suplai.
Element penting pada SCM:
·            Purchasing: Terkait dengan aliansi pemasok, manajemen pemasok, dan sumber strategis.
·            Operations: Manajemen Permintaan
·            Distributions: Bagaimana mendistribusikan produk, terkait dengan manajemen transportasi, manajemen hubungan dengan pelanggan (owner), logistik respon pelayanan.
·            Integration: Terkait dengan kegiatan pengintegrasian dan pengkoordinasian, dimana akan selalu berhubungan dengan IT.

Future Trends in SCM:
·         Expanding the Supply Chain
·         Increasing Supply Chain Responsiveness
·         The Greening of Supply Chain ---> semakin banyak ptosses distribusi (transportasi), maka akan semakin banyak CO yang di lepaskan ke atmosmer, bertentangan sekali dengan konsep hijau.
·         Reducing Supply Chain Cost

4.                   SCM di Konstruksi
Konstruksi berbeda kharakteristiknya dengan manufaktur. SCM akan bagus jika digunakan oleg perusahaan yan terus berproduksi terus menerus sehingga ada standard baku yang jadi acuan.

Kharakteristik Industri Konstruksi
·         Berbasis Proyek
·         Prodduk bersifat unit
·         Organisasi temporer
·         Produk terikat pada tempat tertentu
·         Transaksional berupa kontrak ad-hoc.
·         Masing-masing pihak membawa rantai pasoknya dalam proyek
·         Proses produksi awalnya semua terjadi di lokasi
·         Memiliki sifat ketidakpastian yang sangat tinggi sehingga sulit memprediksi berapa pesanan yang tepat pada supplier. Terkadang proyek banyak, terkadang sedikit.
Pada industri manufaktur, dengan karakteristiknya berupa proses pengulangan yang tinggi, serta masa produksi yang relatif panjang, dimungkinkan untuk membentuk jaringan supply chain yang stabil, efektif dan efisien pada awal masa produksinya, untuk kemudian mendapatkan manfaat pada proses selanjutnya. Namun pada industri konstruksi, kesempatan yang tersedia jauh lebih sempit, karena keunikan setiap proyek yang mengakibatkan setiap proyek memiliki jaringan supply chain yang berbeda. Di samping itu, masa pelaksanaan yang relatif singkat mempersempit proses pembelajaran dalam membentuk jaringan supply chain konstruksi.  Kondisi ini membatasi industri konstruksi dalam membentuk jaringan supply chain yang efisien, sehingga diperlukan suatu cara untuk menanggulanginya.
Christopher (1998) (dalam Pola Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Reini D. Wirahadikusumah1) Susilawati2) menyatakan bahwa keunggulan persaingan suatu kontraktor sangat ditentukan oleh keunggulan persaingan antar jaringan supply chain. Bahkan Bertelsen (2002) menemukan bahwa disain supply chain yang buruk dapat meningkatkan biaya proyek hingga 10%. Sebelum efisiensi melalui jaringan supply chain konstruksi dapat dilakukan di Indonesia.
Secara umum proyek yang berbeda lokasi, beda pula rantai pasoknya, namun ada beberapa kantor pusat yang memaintain rantai pasoknya tetapi biasanya komoditas yang strategis seperti baja, semen ton an, dan sebagainya. Kerjasama dengan supplier lokal untuk komoditas-komoditas rendah misalnya paku. Dengan komoditas strategis, perusahaan melakukan pengelolaan rantai pasok, dengan memiliki MoU terlebih dahulu dan menerapkan long term relationship.
5.       Kategori Rantai Pasok
Berdasarkan lingkupnya, rantai pasok konstruksi dapat dibagi menjadi 3 kategori (London, 2008), yaitu rantai pasok
·         Intra-organizational,

·         Inter-Organizational

·         Cross Organizational

No comments:

Post a Comment