Pengelolaan
Rantai Pasok Konstruksi
1.
Value
Chain
Konsep value
chain pada konstruksi di adopsi dari konsep value chain pada manufaktur. Value
chain hanya bisa di tentukan oleh customer paling akhir. Value chain : sesuatu
diinginkan karena memberi manfaat, Value harus spesifik. Misalnya ingin rumah
yang Indah, indikator indahnya harus dijelaskan, indah dengan desain minimalis,
memiliki interior jenis ini, dan sebagainya. Value di ciptakan oleh produser.
Semakin dekat produser dengan customer maka semakin mudah value di spesifikan.
Semakin panjang proces, memberikan kemungkinan sulitnya mencapai yang
diinginkan, karena banya terjadi disisipasi informasi dari hulu (customer)
kepada producer.
Koklea
meurumuskan ada 3 cara value itu tersampaikan, Transformation, Flow, Value
Generation.
Value itu
mengalir pada daur hidup proyek, setiap tahapan mendeliver value. Idealnya
value yang di defininiskan di hulu sama persis dengan value yan di capai di
hilir.
2.
Supply Chain
Supply chain adalah suatu system yang
terdiri supplier, manufaktur, transportation, distributors, dan vendor yang
sudah ada. Upaya memanage supply chain
adalah agar di dapatkan kualitas atau nilau yang diinginkan.
Semakin
banyak tier yang dilalui maka akan semakin banyak biaya.
3.
SCM (Supply Chain Management)
Supply chain management adalah suatu cara
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua aktivitas yang daoat menghasilkan
produk untuk meninngkatkan sustainable competitive advantage untuk mendapatkan
benefit yang sama.
Ada 2 cara:
1)
SCM --> Menelusuri
supplier hingga ke hulu
2)
Vertical integration -->
contoh: membuat anak perusahaan sendiri, seperti adhi beton, wika beton. Namun
kekurangannya, adanya penguatan ekonomi bagia sebagian orang.
Manajemen
rantai suplai (supply chain management) harus mengatasi permasalahan –
permasalahan berikut.
·
Konfigurasi Jaringan
Distribusi (distribution network configuration): jumlah, lokasi, dan struktur
usaha dari pemasok, fasilitas produksi, distribution center, gudang, dan
pelanggan.
·
Strategi distribusi: kontrol
operasi (sentralisasi atau desentralisasi), skema pengantaran (direct shipment,
pool point shipping, cross docking, ataupun direct store deliveries), moda
transportasi (darat, laut, atau udara), dan control transportasi (dilakukan
oleh perusahaan itu sendiri atau menggunakan jasa pengantaran).
·
Trade off: aktivitas diatas
perlu dipertimbangkan secara keseluruhan sehingga perusahaan dapat
mengoperasikannya dengan biaya total yang paling rendah.
·
Informasi: berkenaan dengan
integrasi proses – proses, informasi yang di-share mencakup: sinyal permintaan
(demand signal), prakiraan (forecast), persediaan (inventory), transportasi,
kolaborasi potensial, dan sebagainya.
·
Manajemen persediaan:
kuantitas dan lokasi dari persediaan, termasuk bahan mentah, work-in-process,
dan barang jadi hasil produksi.
·
Arus kas: pengaturan
ketentuan dan metode pembayaran, dan peralihan dana atar bagian – bagian dari
rantai suplai.
Element
penting pada SCM:
·
Purchasing: Terkait dengan
aliansi pemasok, manajemen pemasok, dan sumber strategis.
·
Operations: Manajemen
Permintaan
·
Distributions: Bagaimana
mendistribusikan produk, terkait dengan manajemen transportasi, manajemen
hubungan dengan pelanggan (owner), logistik respon pelayanan.
·
Integration: Terkait dengan
kegiatan pengintegrasian dan pengkoordinasian, dimana akan selalu berhubungan
dengan IT.
Future
Trends in SCM:
·
Expanding the Supply Chain
·
Increasing Supply Chain
Responsiveness
·
The Greening of Supply Chain
---> semakin banyak ptosses distribusi (transportasi), maka akan semakin
banyak CO yang di lepaskan ke atmosmer, bertentangan sekali dengan konsep
hijau.
·
Reducing Supply Chain Cost
4.
SCM di Konstruksi
Konstruksi berbeda kharakteristiknya
dengan manufaktur. SCM akan bagus jika digunakan oleg perusahaan yan terus
berproduksi terus menerus sehingga ada standard baku yang jadi acuan.
Kharakteristik
Industri Konstruksi
·
Berbasis Proyek
·
Prodduk bersifat unit
·
Organisasi temporer
·
Produk terikat pada tempat
tertentu
·
Transaksional berupa kontrak
ad-hoc.
·
Masing-masing pihak membawa
rantai pasoknya dalam proyek
·
Proses produksi awalnya semua
terjadi di lokasi
·
Memiliki sifat ketidakpastian
yang sangat tinggi sehingga sulit memprediksi berapa pesanan yang tepat pada
supplier. Terkadang proyek banyak, terkadang sedikit.
Pada
industri manufaktur, dengan karakteristiknya berupa proses pengulangan yang
tinggi, serta masa produksi yang relatif panjang, dimungkinkan untuk membentuk
jaringan supply chain yang stabil, efektif dan efisien pada awal masa
produksinya, untuk kemudian mendapatkan manfaat pada proses selanjutnya. Namun
pada industri konstruksi, kesempatan yang tersedia jauh lebih sempit, karena keunikan
setiap proyek yang mengakibatkan setiap proyek memiliki jaringan supply chain
yang berbeda. Di samping itu, masa pelaksanaan yang relatif singkat mempersempit
proses pembelajaran dalam membentuk jaringan supply chain konstruksi. Kondisi ini membatasi industri konstruksi
dalam membentuk jaringan supply chain yang efisien, sehingga diperlukan suatu
cara untuk menanggulanginya.
Christopher
(1998) (dalam Pola
Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Reini D. Wirahadikusumah1)
Susilawati2) menyatakan bahwa keunggulan persaingan
suatu kontraktor sangat ditentukan oleh keunggulan persaingan antar jaringan
supply chain. Bahkan Bertelsen (2002) menemukan bahwa disain supply chain yang
buruk dapat meningkatkan biaya proyek hingga 10%. Sebelum efisiensi melalui jaringan
supply chain konstruksi dapat dilakukan di Indonesia.
Secara umum
proyek yang berbeda lokasi, beda pula rantai pasoknya, namun ada beberapa
kantor pusat yang memaintain rantai pasoknya tetapi biasanya komoditas yang
strategis seperti baja, semen ton an, dan sebagainya. Kerjasama dengan supplier
lokal untuk komoditas-komoditas rendah misalnya paku. Dengan komoditas
strategis, perusahaan melakukan pengelolaan rantai pasok, dengan memiliki MoU
terlebih dahulu dan menerapkan long term relationship.
5.
Kategori Rantai Pasok
Berdasarkan
lingkupnya, rantai pasok konstruksi dapat dibagi menjadi 3 kategori (London,
2008), yaitu rantai pasok
·
Intra-organizational,
·
Inter-Organizational
·
Cross Organizational
No comments:
Post a Comment